Selasa, 16 Juni 2015

Anemia Pada Ibu Hamil



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Masalah-masalah kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, penyakit infeksi, penyakit degenerative dan masalah gizi. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta dapat meningkatkan derajat kesehatan. Empat masalah gizi utama di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi dan asam folat dalam tubuh serta factor lain seperti penyakit infeksi, cacingan dan penyakit kronis. Dari semua golongan umur, wanita terutama remaja mempunyai resiko paling tinggi menderita anemia, karena pada masa ini terjadi peningktaan kebutuhan serta adanya menstruasi. Selama masa haid kehilangan zat besi rata0rata 24 mg (Basuki, 1996 dalam Sandra nita).
Selain pada wanita remaja masalah yang rawan kekurangan zat besi adalah pada ibu hamil. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan bahwa prelevansi anemia pada ibu hamil 50%, Wanita Usia Subur (15-44 tahun) 39,5% dan anak-anak angka anemia defisiensi besi pada balita 39% dan anak usia 5-11 tahun 24%.
Anemia pada ibu hamil disamping disebabkan karena kemiskinan dimana asupan gizi sangat kurang, juga dapat disebabkan karena ketimpangan gender dan adanya ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Ibu hamil memerlukan banyak gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya. Kekurangan zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat besi sebagai salah satu unsur pembentuknya. Hemoglobin berfungsi untuk metabolisme sel.
Kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan metabolisme tubuh dan sel-sel saraf tidak bekerja secara optimal, menyebabkan pula penurunan kecepatan impuls saraf, mengacaukan system reseptor dopamine.
Pada anak anemia dapat menurunkan gairah belajar, lesu dan penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan pada ibu hamil dapat menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga mengakibatkan anemia pada bayinya.
Oleh karena dalam makalah ini, kami akan mengemukakan tentang tanda dan gejala, penyebab, dan cara penanganan Anemia yang terjadi pada Ibu Hamil. Sehingga dengan kita mengenali gejala dan tanda-tanda, penyabab, serta cara penanganannya maka penyakit Anemia ini tidak akan menjadi masalah yang lebih besar.

1.2    Rumusan Masalah
a.          Apa saja tanda dan Gejala Anemia pada Ibu Hamil?
b.      Apa saja Penyebab Anemia pada Ibu Hamil?
c.          Bagaimana cara penanganan Anemia pada Ibu Hamil?

1.3    Tujuan
a.          Mengetahui Tanda dan Gejala Anemia pada Ibu Hamil
b.      Mengetahui Penyebab atau Etiologi Anemia pada Ibu Hamil.
c.          Mengetahui Cara Penanganan Anemia pada Ibu Hamil.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Anemia pada Ibu Hamil
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ – organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari  10.5 sampai dengan 11.0 g/dl (laros dalam Trula Myers, 1998 ). Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu kompensasi tubuh dengan memacu jantung meningkatkan curah jantung. Jantung yang terus menerus dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain seperti preeklamsia.
Anemia sering terjadi pada ibu hamil, angka kejadiannya kira-kira 20 sampai dengan 60 %, insiden ini bervariasi tergantung pada lokasi geografis, keadaan sosial ekonomi ( Laros dalam Trula Myers, 1998). Pada ibu hamil jenis anemia yang sering terjadi akibat defisiensi besi (80 %), defisiensi asam folat dan anemia sel sabit.
Tabel kadar hemoglobin pada perempuan dewasa dan ibu hamil menurut  WHO
Jenis kelamin
Hb normal
Hb anemia kurang dari (gr/dl)
Lahir (aterm)
13.5 – 18.5
13.5 (Ht 34 %)
Perempuan dewasa : tidak hamil
12.0 – 15.0
12.0 (Ht 36 %)
Perempuan dewasa : hamil


Trimerster pertama : 0-12 minggu
11.0 – 14.0
11.0 (Ht 33 %)
Trimester kedua : 13- 28 minggu
10.5 – 14.0
10.5 (Ht 31 %)
Trimester ketiga : 29 aterm
11.0 – 14.0
11.0(Ht 33 %)

Tebel nilai laboratorium pada ibu hamil dengan anemia menurut Bonnie S Wrothington-Roberts, 1989

Hb
(g/100 ml)
Ht (%)
Serum Besi (µg/100 ml)
Saturasi Transferin (%)
Serum Folat (ng/ml)
Serum B12 (pg/ml)
Wanita Hamil :
Kekurangan
<9,5
<30
<40
15
<20
<100
Krisis
9,5-10,9
30-32
40
15
2,1-5,9
100
Normal
>11,0
>33
>40
>15
>6,0
>100
Wanita Tidak Hamil :
Nilai Normal
>12
36-50
>50
>15
6,0-25
>100

2.1.1.      Anemia Defiensi Besi
Anemia defisiensi besi disebabkan karena kekurangan asupan dalam gizi atau akibat perdarahan. Normalnya zat besi dikeluarkan tidak lebih dari 1 mg setiap hari melalui urine, kulit dan feses. Pada wanita selama menstruasi akan kehilangan kurang lebih 15 mg dan kurang lebih 500 mg kehilangan besi selama kehamilan normal (joyce M Black, 2001).
a.    Kebutuhan Zat Besi
Pada orang dewasa normalnya mengandung 4-5 g (75-90 mmol) zat besi. Sebagian besar berada dalam hemoglobin 2.5 g (45 mmol)dan 1.5 g (27 mmol) berada dalam jaringan. Sebagian kecil berada dalam pigmen otot, myoglobin dan enzim intraselluler seperti sitrokom, katalase dan peroksidase. Sekitar 25 % besi tubuh disimpan dalam limpa dan sel sel endotelian sumsum tulang (Oksi dalam Arisman, 2004).
Pada wanita hamil dengan janin tunggal kebutuhan zat besi sekitar 1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200-300 %. Perkiraan besarnya zat besi yang perlu ditimbun selama hamil 1040 mg. Dari jumlah itu, 200 mg zat besi bertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg zat besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg hilang ketika melahirkan (Arisman, 2004). Kebutuhan zat besi pada trimester pertama relative lebih sedikit yaitu sekitar 0.8 mg per hari, tetapi pada trimester dua dan trimester tiga meningkat menjadi 6.3 mg perhari.
b.      Penyebab anemia defisiensi zat besi
1)        Asupan yang tidak adekuat
Banyak faktor yang menyebabkan asupan zat besi tidak adekuat misalnya asupan zat makanan/gizi yang kurang akibat kemiskinan, dimana makanan yang banyak mengandung zat besi seperti  berasal dari daging hewani , buah dan sayuran hijau tidak dapat dikonsumsi secara cukup. Pola asuh dari kultur keluarga yang mengutamakan pemenuhan gizi pada kepala keluarga mengakibatkan anggota keluarga yang lain seperti  anak dan ibu menjadi lebih ssedikit. Kurangnya pengetahuan tentang makanan yang mengandung  banyak zat besi serta cara pengelolahan makanan yang benar juga menjadi faktor asupan zat besi yang tidak adekuat. Adanya penyakit tertentu seperti gastritis, penyakit pada usus halus akan mengganggu penyerapan zat besi. Tidak mengkonsumsi tablet penambah darah, dikarenakan ibu hamilyang tidak memeriksakan kandungannya ke petugas kesehatan. Faktor lain yang dap menghambat penyerapan zat besi adalah adanya kebiasaan mengonsumsi kopi dan teh secara bersamaan pada watu makan.
2)        Peningkatan kebutuhan
Ibu hamil mengeluarkan zat besi yang lebih tinggi, sekitar 200-300 % dari kebutuhan wanita tidak hamil. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin dan pembentukan darah ibu. Jika peningkatan kebutuhan tidak diimbangi intake yang tidak adekuat maka akn terjai ketidakseimbangan/ kekurangan zat besi.
c.         Test Diagnostik
1)             Konsentrasi Hb < 10 g/dl
2)             Hemotokrit  < 30 %
3)             Keadaan sel darah merah mikrositik
4)    Meningkatkan kemampuan total mengikat zat besi (iron binding capacity) hingga 350-500 m/dl
5)             Serum besi  < 50-60 mg/100 ml
6)             Saturasi transferring < 15-16
d.        Akibat dari anemia zat besi pada ibu hamil
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel-sel otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir sebelum waktunya, berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum dan selama persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janinya. Ibu hamil dengan anemia zaat besi tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi pada janinya secara optimal sehingga janin sangat resiko terjadinya gangguan kematangan/ kematuran organ-organ tubuh janin dan resiko terjadinya premature. Perdarahan saat melahirkan pada keadaan anemia akan sangat berisiko mudahnya terjadi syok hipovolemia dan kematian akan lebih besar.
e.         Penatalaksanaan
1)   Mengatasi penyebab anemia seperti penyakit, perdarahan, cacingan dll.
2)   Pemberian nutrisi atau makanan yang banyak mengandung unsur zat besi, diantaranya daging hewan, telur, ikan, sayuran hijau. Berikut ini makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi.
3)   Pemberian tablet zat besi selama kehamilan pemberian suplemen besi merupakan salah satu cara yang dianggappaling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet di Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0.25 asam folat. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama masa kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Setiap satu kemasan tablet besi terdiri dari 30 tablet yang terbungkus dalam kertas alumunium foil sehingga obat tidak cepat rusak dan tidak berbau. Pemberian zat besi untuk dosis pencegahan 1 x 1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila Hb kurang dari 11 gr/dl) adalah 3 x 1 tablet, (Depkes, 1999). Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan dimana lambung tidak banyak makanan. Pada keadaan ini zat besi akan mudah diserap.
4)   Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan makanan tinggi zat besi, asupan zat besi.
Jenis Makanan
Kadungan Besi Per 100 Gram
Havermout
4,5
Biji Jambu Monyet
5,0
Kacang Hijau
6,7
Kacang Kedelai Basah
6,9
Kacang Kedelai Kering
8,0
Kacang Merah
5,0
Kacang Tunggak (polo)
6,5
Daging Kepala Muda
10
Tempe Kedelai Murni
10
Daging Ayam
1,5
Daging Angsa
1,8
Daging Bebek
1,8
Daging Domba
2,6
Daging Sapi
2,8
Otak
3,6
Udang
8,0
Telur Ayam
2,7
Telur Bebek
2,8
Bayam
3,8
Daun Singkong
2,0
Kangkung
2,5
Daun Katuk
2,7
Pare
1,4
Kembang Kol
1,1
Jambu Biji
1,1
Manga Indramau
1,9
Pepaya
1,7
Susu Krim
97
Kripik Kentang Goreng
1,9
Brondong Jagung
2,7
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1998

2.1.2.           Anemia Defisiensi Asam Folat
Sekitar 24-60 % wanita diberbagai negara mengalami defisiensi asam folat, karena kandungan asam folat dalam makanan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil. Karena kebutuhan asam folat selama hamil 2 kali lipat sebelum hamil.
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang dibutuhkan ibu hamil. Asam folat berfungsi untuk metabolisme makanan menjadi energi, sintesis DNA, pematangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dan plasenta.
Pada wanita tidak hamil kebutuhan asam folat sekitar 50-100 mg/hr, namun terjadi peningkatan saat hamil menjadi 200-400 mg/hr. Peningkatan ini diakibatkan meningkatnya sintesis jaringan pada ibu dan janinnya. Normalnya kadar serum folat ibu hamil > 6.0 ng/ml, jika kurang dari 2.0 ng/ml indikasi anemia. Pada anemia defisiensi asam folat, karakteristik sel darah merah lebih besar dan tidak matur, sehingga disebut megaloblastosis.
a.         Tanda dan Gejala anemia kekurangan asam folat diantaranya:
1)        Pucat
2)        Diare
3)        Cepat lelah
4)        Gangguan Tidur
5)        Perlambatan frekwensi
b.      Akibat dari anemia defisiensi asam folat pada ibu hamil
1)        Berat Badan Lahir Rendah
2)        Ablasio Plasenta
3)        Kelainan bawaan/ cacat lahir seperti spina bifida
c.       Penatalaksanaan
1)        Pemberian diet tinggi asam folat seperti ayam, hati, ikan, daging, brokoli, bayam, asparagus,air jeruk, kacang-kacangan.
2)        Pemberian suplemen folat pada trimester I: 280 mg/hr, trimesten II: 660 mg/hr dan trimester III: 470 mg/hr.
3)        Hindari faktor – faktor yang dapat mengurangi penyerapan asam folat seperti alkohol, kopi, kontrasepsi oral, aspirin, obat-obat penenang, obat anti kejang.
2.1.3       Anemia Sel Sabit
         Normalnya sel darah merah berbentuk bulat dan flexibel serta mudah bergerak melalui pembuluh darah. Dalam anemia bulan sabit, sel – sel darah merah menjadi kaku, lengket, dan berbentuk seperti bulan sabit.
a.       Gejala dari anemia sabit meliputi:
1)      Anemia : pada umumnya sel darah merah berusia 120 hari dan selanjutnya diganti dengan sel baru, namun sel sabit ini mati hanya dalam waktu 10 sampai 20 hari sehingga memicu kekurangan sel darah merah, akibatnya tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen yang dibutuhkan sehingga menyebabkan kelelahan
2)      Nyeri : nyeri ini disebabkan oleh sel darah merah yang berbentuk sabit ini memblokir aliran darah di dada, perut, dan sendi
3)      Gejala pada tangan dan kaki  : terjadi pembengkakan pada tangan dan kaki disebabkan sel darah merah yang menghalangi aliran darah pada tangan dan kaki
4)      Sering Infeksi : sel sanit dapat merusak limpa atau organ yang bertugas melawan infeksi
5)      Masalah penglihatan : sebagian orang dengan anemia sel sabit mengalami masalah penglihatan akibat pembuluh darah yang kecil yang menuju mata mengalami penyumbatan
b.         Penyebab Anemia Sel Sabit
1)      Pada anemia sel sabit, hemoglobin abnormal menyebabkan sel darah merah menjadi kaku, lengket dan cacat.
2)      Gen sel sabit diturunkan dari orang tua dengan pola pewarisan yang disebut resesif autosomal.


c.             Penanganan
Pasien dengan anemia sel sabit memerllukan diet sehat, suplemen asam folat, vitamin D dan seng dan menghiondari pemicu untuk krisis.
Ini termasuk merokok, alcohol, kelelahan, dehidrasi, suhu dingin dan panas, dll. Tidak ada obat untuk anemia sel sabit hal yang perlu dilakukan adalah penanganan nyeri, penanganan infeksi dan pencegahan dengan melakukan vaksinasi melawan flu, pneumococcus meningitis, hepatitis B dan penyakit lainnya, mengurangi kekentalan darah.






















BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta dapat meningkatkan derajat kesehatan. Anemia merupakan suatu gangguan medis yang sering ditemui pada ibu hamil, mempengaruhi wanita sekurang-kurangnya 20% pada wanita hamil.
Anemia sering terjadi pada ibu hamil, angka kejadiannya kira-kira 20 sampai dengan 60 %, insiden ini bervariasi tergantung pada lokasi geografis, keadaan sosial ekonomi ( Laros dalam Trula Myers, 1998). Pada ibu hamil jenis anemia yang sering terjadi akibat defisiensi besi (80 %), defisiensi asam folat dan anemia sel sabit.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklamsia) dapat mengakibatkan gagal jantung.
Pada anak anemia dapat menurunkan gairah belajar, lesu dan penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan pada ibu hamil dapat menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga mengakibatkan anemia pada bayinya.

3.2    Saran
        Sebagai seorang Bidan hendaklah kita memperhatikan asupan gizi pada ibu hamil. Karena asupan gizi yang seimbang sangatlah penting untuk mencegah terjadinya anemia. Dimana anemia ini dapat menyebabkan Ibu hamil mengalami preeklamsia. Selain itu, Ibu hamil juga hendaknya memperhatikan asupan gizi bagi dirinya. Karena selama Ia hamil nutrisi Ibu hamil dibagi dengan nutrisi untuk bayi dalam kandungannya. Agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan bayi lahir dalam keadaan normal.






























Daftar Pustaka

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Tarwoto, Wasnidar. 2007. Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil. Jakarta : Trans Info Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar