BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Masalah-masalah kesehatan yang dihadapi bangsa
Indonesia sekarang ini adalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi,
penyakit infeksi, penyakit degenerative dan masalah gizi. Masalah gizi dan
pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung menentukan kualitas
sumber daya manusia serta dapat meningkatkan derajat kesehatan. Empat masalah
gizi utama di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia.
Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan
zat besi dan asam folat dalam tubuh serta factor lain seperti penyakit infeksi,
cacingan dan penyakit kronis. Dari semua golongan umur, wanita terutama remaja
mempunyai resiko paling tinggi menderita anemia, karena pada masa ini terjadi
peningktaan kebutuhan serta adanya menstruasi. Selama masa haid kehilangan zat
besi rata0rata 24 mg (Basuki, 1996 dalam Sandra nita).
Selain pada wanita remaja masalah yang rawan
kekurangan zat besi adalah pada ibu hamil. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 1995 menunjukkan bahwa prelevansi anemia pada ibu hamil 50%,
Wanita Usia Subur (15-44 tahun) 39,5% dan anak-anak angka anemia defisiensi
besi pada balita 39% dan anak usia 5-11 tahun 24%.
Anemia pada ibu hamil disamping disebabkan karena
kemiskinan dimana asupan gizi sangat kurang, juga dapat disebabkan karena
ketimpangan gender dan adanya ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Ibu
hamil memerlukan banyak gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan
janinnya. Kekurangan zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana
zat besi sebagai salah satu unsur pembentuknya. Hemoglobin berfungsi untuk
metabolisme sel.
Kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan metabolisme
tubuh dan sel-sel saraf tidak bekerja secara optimal, menyebabkan pula
penurunan kecepatan impuls saraf, mengacaukan system reseptor dopamine.
Pada anak anemia dapat menurunkan gairah belajar,
lesu dan penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan pada ibu hamil dapat menyebabkan
anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga mengakibatkan anemia
pada bayinya.
Oleh karena dalam makalah ini, kami akan
mengemukakan tentang tanda dan gejala, penyebab, dan cara penanganan Anemia
yang terjadi pada Ibu Hamil. Sehingga dengan kita mengenali gejala dan
tanda-tanda, penyabab, serta cara penanganannya maka penyakit Anemia ini tidak
akan menjadi masalah yang lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa saja tanda
dan Gejala Anemia pada Ibu Hamil?
b.
Apa saja Penyebab Anemia pada Ibu Hamil?
c.
Bagaimana cara
penanganan Anemia pada Ibu Hamil?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Tanda dan Gejala Anemia pada Ibu
Hamil
b. Mengetahui
Penyebab atau Etiologi Anemia pada Ibu Hamil.
c. Mengetahui Cara Penanganan Anemia pada Ibu
Hamil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Anemia
pada Ibu
Hamil
Anemia adalah kondisi dimana sel darah
merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut
oksigen untuk kebutuhan organ – organ vital pada ibu dan janin menjadi
berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin
kurang dari 10.5 sampai dengan 11.0 g/dl
(laros dalam Trula Myers, 1998 ). Rendahnya kapasitas darah untuk membawa
oksigen memicu kompensasi tubuh dengan memacu jantung meningkatkan curah
jantung. Jantung yang terus menerus dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan
gagal jantung dan komplikasi lain seperti preeklamsia.
Anemia sering terjadi pada ibu hamil,
angka kejadiannya kira-kira 20 sampai dengan 60 %, insiden ini bervariasi
tergantung pada lokasi geografis, keadaan sosial ekonomi ( Laros dalam Trula Myers,
1998). Pada ibu hamil jenis anemia yang sering terjadi akibat defisiensi besi
(80 %), defisiensi asam folat dan anemia sel sabit.
Tabel kadar hemoglobin pada perempuan
dewasa dan ibu hamil menurut WHO
Jenis
kelamin
|
Hb
normal
|
Hb
anemia kurang dari (gr/dl)
|
Lahir (aterm)
|
13.5 – 18.5
|
13.5 (Ht 34 %)
|
Perempuan dewasa : tidak hamil
|
12.0 – 15.0
|
12.0 (Ht 36 %)
|
Perempuan dewasa : hamil
|
|
|
Trimerster pertama : 0-12 minggu
|
11.0 – 14.0
|
11.0 (Ht 33 %)
|
Trimester kedua : 13- 28 minggu
|
10.5 – 14.0
|
10.5 (Ht 31 %)
|
Trimester ketiga : 29 aterm
|
11.0 – 14.0
|
11.0(Ht
33 %)
|
Tebel nilai laboratorium pada ibu hamil dengan
anemia menurut Bonnie S Wrothington-Roberts, 1989
|
Hb
(g/100
ml)
|
Ht
(%)
|
Serum
Besi (µg/100 ml)
|
Saturasi
Transferin (%)
|
Serum
Folat (ng/ml)
|
Serum
B12 (pg/ml)
|
Wanita Hamil :
Kekurangan
|
<9,5
|
<30
|
<40
|
15
|
<20
|
<100
|
Krisis
|
9,5-10,9
|
30-32
|
40
|
15
|
2,1-5,9
|
100
|
Normal
|
>11,0
|
>33
|
>40
|
>15
|
>6,0
|
>100
|
Wanita
Tidak Hamil :
Nilai
Normal
|
>12
|
36-50
|
>50
|
>15
|
6,0-25
|
>100
|
2.1.1.
Anemia
Defiensi
Besi
Anemia defisiensi besi disebabkan karena kekurangan
asupan dalam gizi atau akibat perdarahan. Normalnya zat besi dikeluarkan tidak
lebih dari 1 mg setiap hari melalui urine, kulit dan feses. Pada wanita selama
menstruasi akan kehilangan kurang lebih 15 mg dan kurang lebih 500 mg
kehilangan besi selama kehamilan normal (joyce M Black, 2001).
a. Kebutuhan Zat Besi
Pada orang dewasa normalnya mengandung
4-5 g (75-90 mmol) zat besi. Sebagian besar berada dalam hemoglobin 2.5 g (45
mmol)dan 1.5 g (27 mmol) berada dalam jaringan. Sebagian kecil berada dalam
pigmen otot, myoglobin dan enzim intraselluler seperti sitrokom, katalase dan
peroksidase. Sekitar 25 % besi tubuh disimpan dalam limpa dan sel sel
endotelian sumsum tulang (Oksi dalam Arisman, 2004).
Pada wanita hamil dengan janin tunggal kebutuhan
zat besi sekitar 1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200-300 %. Perkiraan
besarnya zat besi yang perlu ditimbun selama hamil 1040 mg. Dari jumlah itu,
200 mg zat besi bertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya
hilang. Sebanyak 300 mg zat besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg
untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200
mg hilang ketika melahirkan (Arisman, 2004). Kebutuhan zat besi pada trimester
pertama relative lebih sedikit yaitu sekitar 0.8 mg per hari, tetapi pada
trimester dua dan trimester tiga meningkat menjadi 6.3 mg perhari.
b. Penyebab anemia defisiensi zat besi
1)
Asupan
yang tidak adekuat
Banyak faktor yang menyebabkan asupan zat besi tidak
adekuat misalnya asupan zat makanan/gizi yang kurang akibat kemiskinan, dimana
makanan yang banyak mengandung zat besi seperti
berasal dari daging hewani , buah dan sayuran hijau tidak dapat
dikonsumsi secara cukup. Pola asuh dari kultur keluarga yang mengutamakan
pemenuhan gizi pada kepala keluarga mengakibatkan anggota keluarga yang lain
seperti anak dan ibu menjadi lebih
ssedikit. Kurangnya pengetahuan
tentang makanan yang mengandung banyak
zat besi serta cara pengelolahan makanan yang benar juga menjadi faktor asupan
zat besi yang tidak adekuat. Adanya penyakit tertentu seperti gastritis,
penyakit pada usus halus akan mengganggu penyerapan zat besi. Tidak
mengkonsumsi tablet penambah darah, dikarenakan ibu hamilyang tidak
memeriksakan kandungannya ke petugas kesehatan. Faktor lain yang dap menghambat
penyerapan zat besi adalah adanya kebiasaan mengonsumsi kopi dan teh secara
bersamaan pada watu makan.
2)
Peningkatan
kebutuhan
Ibu hamil
mengeluarkan zat besi yang lebih tinggi, sekitar 200-300 % dari kebutuhan
wanita tidak hamil. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin dan
pembentukan darah ibu. Jika peningkatan kebutuhan tidak diimbangi intake yang
tidak adekuat maka akn terjai ketidakseimbangan/ kekurangan zat besi.
c.
Test Diagnostik
1)
Konsentrasi Hb < 10 g/dl
2)
Hemotokrit < 30 %
3)
Keadaan sel darah merah mikrositik
4) Meningkatkan
kemampuan total mengikat zat besi (iron binding capacity)
hingga 350-500 m/dl
5)
Serum besi < 50-60 mg/100 ml
6)
Saturasi transferring < 15-16
d.
Akibat dari anemia zat besi pada ibu hamil
Kekurangan
zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel-sel
tubuh termasuk sel-sel otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran,
lahir sebelum waktunya, berat badan lahir rendah, perdarahan sebelum dan selama
persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janinya. Ibu hamil
dengan anemia zaat besi tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi pada janinya
secara optimal sehingga janin sangat resiko terjadinya gangguan kematangan/
kematuran organ-organ tubuh janin dan resiko terjadinya premature. Perdarahan
saat melahirkan pada keadaan anemia akan sangat berisiko mudahnya terjadi syok
hipovolemia dan kematian akan lebih besar.
e.
Penatalaksanaan
1) Mengatasi
penyebab anemia seperti penyakit, perdarahan, cacingan dll.
2) Pemberian
nutrisi atau makanan yang banyak mengandung unsur zat besi, diantaranya daging
hewan, telur, ikan, sayuran hijau. Berikut ini makanan-makanan yang banyak
mengandung zat besi.
3) Pemberian
tablet zat besi selama kehamilan pemberian suplemen besi merupakan salah satu
cara yang dianggappaling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb
sampai tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet di
Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0.25 asam folat. Setiap tablet setara dengan
200 mg ferrosulfat. Selama masa kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42
minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama.
Setiap satu kemasan tablet besi terdiri dari 30 tablet yang terbungkus dalam
kertas alumunium foil sehingga obat tidak cepat rusak dan tidak berbau. Pemberian
zat besi untuk dosis pencegahan 1 x 1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila
Hb kurang dari 11 gr/dl) adalah 3 x 1 tablet, (Depkes, 1999). Pemberian tablet
besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan dimana lambung tidak banyak makanan.
Pada keadaan ini zat besi akan mudah diserap.
4) Pendidikan
kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan makanan tinggi zat besi,
asupan zat besi.
Jenis
Makanan
|
Kadungan
Besi Per 100 Gram
|
Havermout
|
4,5
|
Biji Jambu Monyet
|
5,0
|
Kacang Hijau
|
6,7
|
Kacang Kedelai Basah
|
6,9
|
Kacang Kedelai Kering
|
8,0
|
Kacang Merah
|
5,0
|
Kacang Tunggak (polo)
|
6,5
|
Daging Kepala Muda
|
10
|
Tempe Kedelai Murni
|
10
|
Daging Ayam
|
1,5
|
Daging Angsa
|
1,8
|
Daging Bebek
|
1,8
|
Daging Domba
|
2,6
|
Daging Sapi
|
2,8
|
Otak
|
3,6
|
Udang
|
8,0
|
Telur Ayam
|
2,7
|
Telur Bebek
|
2,8
|
Bayam
|
3,8
|
Daun Singkong
|
2,0
|
Kangkung
|
2,5
|
Daun Katuk
|
2,7
|
Pare
|
1,4
|
Kembang Kol
|
1,1
|
Jambu Biji
|
1,1
|
Manga Indramau
|
1,9
|
Pepaya
|
1,7
|
Susu Krim
|
97
|
Kripik Kentang Goreng
|
1,9
|
Brondong Jagung
|
2,7
|
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi, 1998
|
2.1.2.
Anemia Defisiensi Asam Folat
Sekitar 24-60 % wanita diberbagai negara mengalami
defisiensi asam folat, karena kandungan asam folat dalam makanan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil. Karena kebutuhan asam folat
selama hamil 2 kali lipat sebelum hamil.
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang dibutuhkan
ibu hamil. Asam folat berfungsi untuk metabolisme makanan menjadi energi,
sintesis DNA, pematangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dan plasenta.
Pada wanita tidak hamil kebutuhan asam folat sekitar
50-100 mg/hr, namun terjadi peningkatan saat hamil menjadi 200-400 mg/hr.
Peningkatan ini diakibatkan meningkatnya sintesis jaringan pada ibu dan
janinnya. Normalnya kadar serum folat ibu hamil > 6.0 ng/ml, jika kurang
dari 2.0 ng/ml indikasi anemia. Pada anemia defisiensi asam folat,
karakteristik sel darah merah lebih besar dan tidak matur, sehingga disebut
megaloblastosis.
a.
Tanda
dan Gejala anemia kekurangan asam folat diantaranya:
1)
Pucat
2)
Diare
3)
Cepat
lelah
4)
Gangguan
Tidur
5)
Perlambatan
frekwensi
b.
Akibat
dari anemia defisiensi asam folat pada ibu hamil
1)
Berat
Badan Lahir Rendah
2)
Ablasio
Plasenta
3)
Kelainan
bawaan/ cacat lahir seperti spina bifida
c.
Penatalaksanaan
1)
Pemberian
diet tinggi asam folat seperti ayam, hati, ikan, daging, brokoli, bayam,
asparagus,air jeruk, kacang-kacangan.
2)
Pemberian
suplemen folat pada trimester I: 280 mg/hr, trimesten II: 660 mg/hr dan
trimester III: 470 mg/hr.
3)
Hindari
faktor – faktor yang dapat mengurangi penyerapan asam folat seperti alkohol,
kopi, kontrasepsi oral, aspirin, obat-obat penenang, obat anti kejang.
2.1.3 Anemia Sel Sabit
Normalnya sel darah merah berbentuk
bulat dan flexibel serta mudah bergerak melalui pembuluh darah. Dalam anemia
bulan sabit, sel – sel darah merah menjadi kaku, lengket, dan berbentuk seperti
bulan sabit.
a.
Gejala dari anemia sabit meliputi:
1)
Anemia : pada umumnya sel darah merah
berusia 120 hari dan selanjutnya diganti dengan sel baru, namun sel sabit ini
mati hanya dalam waktu 10 sampai 20 hari sehingga memicu kekurangan sel darah
merah, akibatnya tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen yang dibutuhkan sehingga
menyebabkan kelelahan
2)
Nyeri : nyeri ini disebabkan oleh sel
darah merah yang berbentuk sabit ini memblokir aliran darah di dada, perut, dan
sendi
3)
Gejala pada tangan dan kaki : terjadi pembengkakan pada tangan dan kaki
disebabkan sel darah merah yang menghalangi aliran darah pada tangan dan kaki
4)
Sering Infeksi : sel sanit dapat merusak
limpa atau organ yang bertugas melawan infeksi
5)
Masalah penglihatan : sebagian orang
dengan anemia sel sabit mengalami masalah penglihatan akibat pembuluh darah
yang kecil yang menuju mata mengalami penyumbatan
b.
Penyebab Anemia Sel Sabit
1)
Pada anemia sel sabit, hemoglobin
abnormal menyebabkan sel darah merah menjadi kaku, lengket dan cacat.
2)
Gen sel sabit diturunkan dari orang tua
dengan pola pewarisan yang disebut resesif autosomal.
c.
Penanganan
Pasien
dengan anemia sel sabit memerllukan diet sehat, suplemen asam folat, vitamin D
dan seng dan menghiondari pemicu untuk krisis.
Ini
termasuk merokok, alcohol, kelelahan, dehidrasi, suhu dingin dan panas, dll.
Tidak ada obat untuk anemia sel sabit hal yang perlu dilakukan adalah penanganan
nyeri, penanganan infeksi dan pencegahan dengan melakukan vaksinasi melawan
flu, pneumococcus meningitis, hepatitis B dan penyakit lainnya, mengurangi
kekentalan darah.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Masalah gizi dan
pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung menentukan kualitas
sumber daya manusia serta dapat meningkatkan derajat kesehatan. Anemia
merupakan suatu gangguan medis yang sering ditemui pada ibu hamil, mempengaruhi
wanita sekurang-kurangnya 20% pada wanita hamil.
Anemia sering terjadi pada ibu hamil, angka
kejadiannya kira-kira 20 sampai dengan 60 %, insiden ini bervariasi tergantung
pada lokasi geografis, keadaan sosial ekonomi ( Laros dalam Trula Myers, 1998).
Pada ibu hamil jenis anemia yang sering terjadi akibat defisiensi besi (80 %),
defisiensi asam folat dan anemia sel sabit.
Anemia menyebabkan
penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi
kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan
kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang
menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklamsia) dapat mengakibatkan gagal
jantung.
Pada anak anemia dapat menurunkan gairah belajar,
lesu dan penurunan daya tahan tubuh. Sedangkan pada ibu hamil dapat menyebabkan
anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga mengakibatkan anemia
pada bayinya.
3.2 Saran
Sebagai seorang Bidan
hendaklah kita memperhatikan asupan gizi pada ibu hamil. Karena asupan gizi
yang seimbang sangatlah penting untuk mencegah terjadinya anemia. Dimana anemia
ini dapat menyebabkan Ibu hamil mengalami preeklamsia. Selain itu, Ibu hamil
juga hendaknya memperhatikan asupan gizi bagi dirinya. Karena selama Ia hamil
nutrisi Ibu hamil dibagi dengan nutrisi untuk bayi dalam kandungannya. Agar
proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan bayi lahir dalam keadaan
normal.
Daftar
Pustaka
Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Tarwoto,
Wasnidar. 2007. Buku Saku Anemia pada Ibu
Hamil. Jakarta : Trans Info Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar